Jumat, 24 November 2017

Bahasa Indonesia - Diksi (Pilihan kata)

FORUM PERTEMUAN KE-10
KELAS ELEARNING 2
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Nama                                        : Wamro atun
NIM                                           : 43215120287
Mata Kuliah/Kode/Bobot           : Bahasa Indonesia/90008/2 SKS
Semester                                  : Ganjil
Tahun Akademik                       : 2017/2018
Kelas                                        : A31316EL
Hari/Jam / Ruang                      : Sabtu/ A31316EL/ AD-401
Fakultas                                    : EkonomidanBisnis
Program Studi                           : Manajemen
Dosen                                      : Supriyadi, M.Pd.
Materi                                       : Diksi (Pilihan Kata)

Kerjakanlah soal berikut ini dengan tepat!
1.         Jelaskan apa yang dimaksud dengan diksi (pilihan kata)?Jelaskan pula indikator ketepatan pilihan kata!
2.         Uraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulis/pengarang dapat menghasilkan sebuah tulisan/karangannya dengan baik!
3.         Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa artifisial!
4.         Jelaskan apa yang dimaksud dengan idiomatik!
Jawab !
1.   Diksi atau pilihan kata adalah hasil upaya memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu (untuk dipakai dalam suatu kalimat).

Indikator ketepatan Pilihan Kata
1.   Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat berdasarkan kaidah bahasa Indonesia,
2.   Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna,
3.   Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai harapan penulis atau pembicara, dan
4.   Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulis/pengarang dapat menghasilkan sebuah tulisan/karangannya dengan baik!

1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Konotasi dapat menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim. Kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapatnya sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan. Pemakai kata harus menemukan makna yang tepat di dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih. Menurut kamus, modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar, misalnya sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya; mobil (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan Toyota).
8. Menggunakan dengan cermat kata yang bersinonim (misalnya pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab); berhomofon (misalnya: bang dan bank); dan berhomografi (misalnya apel buah, apel upacara).
9. Menggunakan kata abstrak dan kata kongkret secara cermat, kata abstrak (konseptual, misalnya pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).

Selain ketepatan pilihan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata adalah:

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak memcampuradukkan penggunaanya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku) kondite (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya kencing (kurang sopan) dan buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar) dan tunasusila (lebih halus).
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya... melainkan juga (benar), bukan hanya ... tetapi juga (salah), tidak hanya ... tetapi juga (benar).
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak; merah darah, merah hati.
5. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan) à menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa tulis).

3. Bahasa Artifisial
Bahasa Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang Artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaian nya untuk menyatakan suatu maksud.

Dalam karya sastra memang perlu ditampilkan bahasa yang artifisial. Dalam bahasa umum atau bahasa ilmiah, bahasa artifisial perlu di hindari.

4. Idiomatik
Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya sesuai dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain.
Contoh:
1.         Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai kesulitan bangsa.
2.         Karyawan itu bekerja sesuai dengan aturan perusahaan.
3.         Kekacauan sosial di berbagai tempat disebabkan oleh tidak meratanya keadilan dan kemakmuran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasus 12-4: Anita’s Apparel

NAMA                        : Wamro atun NIM                              : 43215120287 DOSEN                      :  Suharmadi, Drs. A...